Pendekatan Perencanaan Pembelajaran, Dalam menyusun perencanaan pendidikan suatu negara, pendekatan yang dipakai sangat tergantung dari kebijakan pemerintah yang berkuasa. Karena itu sangat wajar jika timbul pendekatan yang berbeda-beda antara beberapa Negara, dan bahkan dapat juga terjadi perbedaan dalam pendekatan perencanaan pendidikan antara berbagai periode pembangunan dalam satu negara, misalnya saja di Indonesia setiap periode punya kebijakan berbeda, sangat tergantung siapa yang memerintah sehingga konsep yang sebelumnya belum tuntas sudah muncul lagi konsep lain.
Perencanaan pendidikan senatiasa mempersiapkan alternatif-alternatif pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan pendidikan secara realistis yang berpedoman kepada tujuan-tujuan yang ditetapkan secara jelas dan terperinci. Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan pola pendekatan perencanaannya. Dalam perencanaan pendidikan setidaknya ada tiga pendekatan yang harus dilakukan dalam membuat perencanaan yaitu:
a. Pendekatan permintaan masyarakat
Pendekatan permintaan masyarakat adalah suatu pendekatan yang bersifat tradisional dalam pengembangan pendidikan. Pendekatan ini pada umumnya harus memperkirakan kebutuhan pada masa-masa yang akan datang dengan mengadakan analisis terhadap jumlah penduduk, presentase penduduk yang bersekolah, arus murid dari tingkat dasar ketingkat yang lebih tinggi, dan keinginan masyarakat serta individu tentang jenis-jenis pendidikan.
b. Pendekatan ketenagakerjaan
Pendekatan ketenagakerjaan ini diarahkan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja. Kebanyakan Negara mengharapkan pendidikan mempersiapkan dan menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan professional untuk pembangunan. Untuk itu perencana pendidikan harus membuat perkiraan jumlah dan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan pembangunan nasional.
Adapun langkah-langkah dari pendekatan ketenagakerjaan adalah membuat proyeksi kebutuhan tenaga kerja bagi pembangunan, merinci tujuan pendidikan, memproyeksikan output pendidikan, menyusun program untuk memenuhi output sesuai kebutuhan, dan menyusun rencana pembiayaan yang dituang dalam rencana.
c. Pendekatan nilai imbalan
Pendekatan ini sangat dianjurkan oleh sekelompok ahli ekonomi di Negara-negara berkembang, termasuk Negara Indonesia. Dalam pendekatan ini dipertimbangkan penentuan besarnya investasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan dan keberhasilan yang diperolehnya. Dalam hal ini bukan hanya biaya keseluruhan pendidikan tetapi biaya suatu jenjang pendidikan.
Perencanaan pendidikan di Indonesia tidak hanya menggunakan salah satu pendekatan, melainkan menerapkan beberapa pendekatan, dan kadang-kadang menggunakan ketiganya bersamaan. Setiap jenjang pendidikan mungkin memerlukan pendekatan yang berlainan. Karena itu adalah penting bagi setiap perencana untuk mengetahui ruang lingkup dan keterbatasan setiap pendekatan.
Langkah-langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
1. Mencantumkan Identitas
Terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas¬, Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Alokasi Waktu. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
· RPP boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
· Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus. (Standar kompetensi – Kompetensi Dasar – Indikator adalah suatu alur pikir yang saling terkait tidak dapat dipisahkan)
· Indikator merupakan:
Ø Ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi dasar
Ø Penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Ø Dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah.
Ø Rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Ø Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
· Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan (contoh: 2 x 45 menit). Karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada kompetensi dasarnya.
2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan pembelajaran. Misalnya: Kegiatan pembelajaran: ”Mendapat informasi tentang sistem peredaran darah pada manusia”.
Tujuan pembelajaran, boleh salah satu atau keseluruhan tujuan pembelajaran, misalnya peserta didik dapat:
· Mendeskripsikan mekanisme peredaran darah pada manusia.
· Menyebutkan bagian-bagian jantung.
· Merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman sekelasnya.
· Mengulang kembali informasi tentang peredaran darah yang telah disampaikan oleh guru.
Bila pembelajaran dilakukan lebih dari 1 (satu) pertemuan, ada baiknya tujuan pembelajaran juga dibedakan menurut waktu pertemuan, sehingga tiap pertemuan dapat memberikan hasil.
3. Menetukan Materi Pembelajaran
Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari indikator.
Contoh:
Ø Indikator:
Peserta didik dapat menyebutkan ciri-ciri kehidupan.
Ø Materi pembelajaran:
Ciri-Ciri Kehidupan:
Nutrisi, bergerak, bereproduksi, transportasi, regulasi, iritabilitas, bernapas, dan ekskresi.
4. Menentukan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik:
· Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya.
· Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi, tanya jawab, e-learning dan sebagainya.
5. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
· Kegiatan Pendahuluan
Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan illustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan slide animasi dan sebagainya.
Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang akan diajarkan.
Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi, bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dsb.
Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar.
Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).
· Kegiatan Inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta didik untuk dapat mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-masing. Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar peserta didik dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan pembelajaran dan indikator.
Untuk memudahkan, biasanya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembaran Kerja Siswa (LKS), baik yang berjenis cetak atau noncetak. Khusus untuk pembelajaran berbasis ICT yang online dengan koneksi internet, langkah-langkah kerja peserta didik harus dirumuskan detil mengenai waktu akses dan alamat website yang jelas. Termasuk alternatif yang harus ditempuh jika koneksi mengalami kegagalan.
· Kegiatan penutup
Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan.
Guru memeriksa hasil belajar peserta didik. Dapat dengan memberikan tes tertulis atau tes lisan atau meminta peserta didik untuk mengulang kembali simpulan yang telah disusun atau dalam bentuk tanya jawab dengan mengambil ± 25% peserta didik sebagai sampelnya.
Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
6. Memilih Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional, dan bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan bahan ajar yang sebenarnya. Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
Jika menggunakan bahan ajar berbasis ICT, maka harus ditulis nama file, folder penyimpanan, dan bagian atau link file yang digunakan, atau alamat website yang digunakan sebagai acuan pembelajaran.
7. Menentukan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai.
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
Seorang guru dalam merencanakan pembelajaran dituntut untuk dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas.
Perumusan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu bagi guru maupun siswa
Saat ini telah terjadi pergeseran dalam merumuskan tujuan pembelajaran dari penguasaan bahan ke penguasan performansi.
Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Tujuan pembelajaran seyogyanya dirumuskan secara jelas, yang didalamnya mencakup komponen: Audience, Behavior, Condition dan Degree
Perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain dalam rangka mencapai tujuan bersama yakni tujuan pendidikan nasional.
Dalam perencanaan pendidikan ada tiga pendekatan yang harus dilakukan dalam membuat perencanaan yaitu pendekatan permintaan masyarakat, pendekatan ketenaga kerjaan, pendekatan nilai imbalan.